Monday, April 25, 2011

(*Perempuan Muda, Peduli Lingkungan)



 Ditulis kembali oleh @e_weslly berdasarkan 
Bold Line Script #ambonbergerak on the Radio Program *tero2_boshu - 

 Perempuan Hijau kurang pengalaman! Itulah yang kira-kira muncul dibenak banyak orang ketika mendengar kata "hijau" disandingkan dengan manusia, laki-laki atau perempuan. Ambon Bergerak on the Radio memilih topik di atas tidak dengan tendensi umum yang demikian. Perempuan Hijau dalam pandangan Ambon Bergerak adalah perempuan yang memang masih muda sekaligus perempuan yang peduli lingkungan. Topik ini secara sengaja diramu dari dua momentum besar, yakni Hari Kartini dan Hari Bumi. Jika kebanyakan orang mengatakan bahwa yang masih muda itu kurang pengalaman, maka pertanyaan yang menggugat itu adalah apakah pengalaman setiap orang dapat diperbandingkan? Tentu tidak! Pengalaman setiap orang itu sangat khusus, kita hanya bisa berbagi dan saling belajar. Perayaan Hari Kartini pada 21 April adalah bukti bahwa pengalaman setiap orang itu sangat berharga dan tidak patut diperbandingkan. Perayaan Hari Kartini sejatinya adalah perayaan pengalaman pahit dan manis seorang perempuan yang masih hijau. Sudahlah! Kita tidak perlu mendebatkan hal ini lagi. Ada yang lebih substansial yang membutuhkan energi kita.

Menyongsong Hari Kartini, apalagi pada puncak perayaannya, banyak perempuan mengenakan kebaya dan berdandan a la Kartini. Tapi, jangan kaget jika ada juga perempuan yang melupakannya atau memang masih ingat tapi tidak menganggap berdandan seperti Kartini sebagai keharusan. Ini hanyalah tampakan luar dari fakta-fakta menjelang Hari Kartini. Memang berkebaya a la Kartini bukan suatu keharusan bagi perempuan yang hidup hari ini. Hal yang lebih penting adalah memahami secara mendalam dan menginternalisasi hakikat dan nilai-nilai dari perjuangan Raden Ajeng  Kartini agar dapat menjadi semangat dan inspirasi untuk terus berkarya dan membentuk karakter.

Tentang perayaan Hari Kartini yang tidak lain adalah perayaan pengalaman hidup dan perjuangannya, kita patut bertanya: "Mengapa R. A. Kartini? Mengapa bukan perempuan lain yang juga turut berjuang bagi bangsa Indonesia?"  Kartini menjadi pahlawan sekaligus ikon perjuangan perempuan karena beberapa hal. Pertama, Ia seorang pembaca dan penulis. Berbagai buku bahkan surat kabar pun tidak luput dari kegemarannya membaca. Sebagai seorang penulis, pemikirannya bisa dirunut. Ia merupakan model perempuan yang emansipatif yang memilih berjuang dari sisi yang unik. Perjuangannya adalah perjuangan intelektual. Kedua, Ia sangat prihatin dan fokus pada persoalan perempuan sebagai yang utama dalam perjuangan idenya. Ketidakadilan terhadap perempuan, pembatasan hak-hak perempuan, pendidikan terhadap perempuan dan sebagainya, serta hal-hal lain yang juga ditulisnya. Ia masih hijau saat melakukan itu semua!

Di atas adalah sekilas perjuangan Kartini yang hidup ratusan tahun yang lalu di kota Jepara lalu pindah ke Rembang. Sekarang, bagaimana dengan perempuan-perempuan hijau yang merayakan Hari Kartini di Maluku? Sekalipun mengalami problematika politik yang sama pada saat penjajahan, namun Maluku sudah pasti memiliki konteks sosial dan budaya yang berbeda dengan yang dihadapi Kartini di Pulau Jawa pada masa itu, maupun pada masa sekarang ini. Kita bahas sedikit tentang dunia sosial dan budaya masyarakat Maluku tempat perempuan-perempuan hijau sekarang ini hidup. Budaya masyarakat Maluku pada dasarnya patriarki. Banyak hal-hal bernilai yang tidak menjadi hak perempuan. Misalnya, kepemilikan tanah, kepemimpinan dalam struktur adat, dan sebagainya. Namun, persoalan persamaan hak sebagaimana untuk berpartisipasi di ruang-ruang publik tidak lagi menjadi persoalan yang signifikan bagi perempuan di Maluku. Banyak perempuan di Maluku yang berpendidikan tinggi bahkan menjadi pemimpin organisasi masyarakat dan partai politik dalam kurun waktu yang berdekatan dengan Kartin, misalnya Ina Bala Wattimena. Pendiri Ina Tuni dan pemimpin Sarekat Ambon ketika AY Patty ditahan. Dalam usia yang sangat muda, Ina Bala memimpin partai. Tidak ada budaya atau pun konstruksi sosial yang memengaruhi masyarakat secara massal untuk membatasi anak-anak perempuan dalam hal mengecap pendidikan dan turut serta memimpin. Sampai pada hari ini pun tidak ada persoalan emansipasi yang signifikan dalam struktur budaya dan konstruksi sosial di Maluku. Sejak dulu kesempatan dan peluang terbuka lebar untuk perempuan-perempuan maluku untuk mengecap pendidikan, berkarier, dan seterusnya. Ada banyak perempuan muda yang terlibat memimpin berbagai LSM, Menjabat posisi penting di pemerintahan, berprestasi di bidang seni dan olah raga, dan sebagainya.

Jika memang emansipasi tidak lagi menjadi persoalan yang signifikan bagi perempuan di Maluku, lantas apa yang bisa dijadikan pelajaran dari potret seorang Kartini? Jawabannya sederhana: "Kepekaan dan semangatnya!" Pada bagian awal telah disebutkan bahwa perempuan hijau menunjuk pada perempuan yang masih muda dan perempuan yang peduli lingkungan. Berkenaan dengan perayaan Hari Bumi yang beriringan dengan Hari Kartini, maka Ambon Bergerak memilih mengedepankan kepekaan dan semangat Kartini sebagai energi untuk mendorong perempuan-perempuan muda di Maluku untuk peduli lingkungan hidup. Pilihan untuk prihatin kepada lingkungan hidup tidak muncul begitu saja karena bertepatan dengan Hari Bumi, namun lebih merupakan permasalahn aktual yang memang memerlukan perhatian serius.

Dalam kerangka itu, maka hal penting untuk digalang adalah bagaimana perempuan-perempuan muda di Maluku dengan kebebasan berkarya dan berkreasi turut menyumbang bagi pelestarian lingkungan hidup. Ada beberapa contoh baik yang bisa memberi inspirasi atau menjadi teladan. Misalnya, gerakan Diet Kresek untuk mengurangi penggunaan plastik dan mengatasi sampah plastik atau gerakan Mari Berkebun untuk menjaga dan melestarikan alam, dan lainnya. Dalam konteks kota Ambon yang salah satu masalahnya adalah sampah, maka ada banyak hal yang bisa dikreasi untuk membantu mengatasinya. Sebut saja Gerakan Kalesang Kintal. Gerakan Kalesang Kintal ini adalah gerakan yang dalam skala paling kecil dimulai dari diri dan pekarangan rumah sendiri. Ada banyak fakta sejarah yang bisa dijadikan bukti bahwa perempuan memang sangat peduli pada lingkungan hidup. Jadi, Ambon Bergerak mengajak semua perempuan muda di Maluku untuk menghayati semangat dan kepekaan Kartini agar peka terhadap berbagai persoalan, salah satunya adalah persoalan lingkungan hidup lalu melakukan sesuatu mulai dari diri dan rumah sendiri dan jadilah perempuan hijau. Perempuan muda, peduli lingkungan!

----------------
To Abang Bur, Ipeh, Iphan, &  "Abang" : Tolong komentar (koreksi/tambal/skap/sulam), ok? Beta catat lari-lari saja, seng iko kuliah hari itu bae2 jadi.

1 comments:

agentaruhanbolavita said...

Kami BOLAVITA Agen Live Casino Terpercaya!
Dapatkan Bonus Rollingan Casino 0.5% - 0.7% Setiap Minggu Diberikan Pada Pemain Casino Baik Menang ataupun Kalah.
Free Chips s/d IDR 1.000.000,- Menyambut Malam Tahun Baru 2019..
Daftar Sekarang Juga Di Website www. bolavita .site

Boss Juga Bisa Kirim Via :
Wechat : Bolavita
WA : +62812-2222-995
Line : cs_bolavita
BBM PIN : BOLAVITA ( Huruf Semua )

Post a Comment